Cara Menjadi Seorang Ayah Yang Baik - Tempat kita hidup adalah ajang pembelajaran, ajang untuk berusaha, berkarya untuk melakukan sesuatu dalam pemenuhan keinginan dan kebutuhan. Dengan berusaha dan berkarya kita akan berharap bahwa pemenuhan kebutuhan duniawi akan tercapai. Tapi saking berusahanya untuk duniawi, kelelahan badan sering menjadi terabaikan, lelah badan akan berakibat lelah secara rohani juga. Hendaknya kita bisa menjaga keseimbangan antara kondisi badan dan kiondisi rohani. Karena attitude yg keluar lewat perlakuan perkataan dan pemikiran kita itu didasari atas seimbangnya antara kondisi badan dan rohani.
Sering kita mengabaikan kelelahan dan kepenatan apalagi yang menjadi tulang punggung kita sebagai ayah, penat itu sering menyapa kita setelah seharian bekerja mencari nafkah, pada saat itulah energi badan melemah yang sangat rentan tergantikan oleh rasa kesal, jengkel, tidak pedulian akan lingkungan sekitar apabila hati tidak dibiasakan berbicara dengan nalar untuk selalu berusaha meredam rasa itu.
Sebagai orang tua, kita perlu memberikan perhatian terhadap anak. Anak membutuhkan usapan dan belaian tangan kita dikepalanya. Mereka membutuhkan kita sebagai ayah untuk menggenggam tangganya agar hilang rasa takutnya. Mereka butuh kita sebagai ayah untuk memeluknya sehingga mereka bisa melepas rindunya. Bahkan mungkin ada yang perlu ditemani untuk sekedar bercakap-cakap dengan kita untuk tahu dunia itu sebenarnya apa. Sang Ayah perlu meluangkan waktu untuk anaknya setiap hari setiap saat baik ketika anak itu membutuhkan kita ataupun tidak. Pekerjaan memang menuntut kita untuk selalu ada. Tapi anak kita lebih membutuhkan kita sebagai pendampingnya hidupnya dalam berkeluh kesah dan minta pendapat. Fungsi kita sebagai ayah memegang peranan yang sentral dalam keluarga.
Anak kita membutuhkan rangkulan dan butuh pelukan kita, butuh canda tawa kita untuk mewarnai hari harinya. Memang ada saatnya sang ayah akan dipecat atau akan pensiun atau mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Tapi tidak terhadap mereka..anak anak kita. Tidak ada ayah yang dipecat dari jabatannya sebagai ayah. Kita memiliki tanggung jawab yang lebih panjang. Tidak ada kata pensiun menjadi ayah bagi anak-anak kita sendiri.
Di dalam hidup ini jangan mengejar apapun, keinginan untuk memenuhi keduniawian tidak akan pernah berhenti karena hal itu adalah menjadi sifat dasar manusia untuk bisa memuaskan hidupnya, karena hidup ini untuk dinikmati, dan hidup ini bukan untuk dikuasai ataupun dimiliki. Banyak hal yang bisa kita lakukan setiap hari dengan rasa senang dan sukacita dengan anak kita. Mulai bangun pagi bisa dimulai dengan dengan rasa syukur, doa, senyum dan godaan kecil pada saat pertama kali anak membuka mata dari tidur nyenyaknya, pelayanan kepada keluarga yang masih ada ataupun yang sudah meninggalkan kita hanya dengan sujud bakti. Kita ajarkan mereka merawat/melihat tanaman, mengagumi bunga yang indah, mengagumi hasil dari maha karya dan seni, mandi, membersihkan muka, menggosok gigi, sarapan, bekerja, bertemu dengan orang-orang, makan siang, membaca, menulis, menonton, melihat bintang di langit, melihat matahari terbit dan terbenam, dan masih sangat banyak keindahan yang disediakan oleh alam semesta untuk mengisi hidup kita dan memperkaya batin kita untuk nantinya bisa kita tularkan ke anak untuk terbiasa belajar memperkaya batin mereka.
Kalau kita mau bersatu dengan alam semesta dan sekitarnya , tidak ada seorangpun akan merasa kesepian dan kekosongan dan akan akan timbul rasa syukuri terhadap indahnya kehidupan. Maka dari itu hendaknya kita bisa mengisi waktu dan ruang kehidupan dengan keindahan dan kebaikan. Semakin kita mampu mencurahkan seluruh energi baik ke dalam kehidupan, semakin kita dapat merasakan ramah dan indahnya alam terhadap kita. dan ini bisa kita lakukan dan praktekkan dalam keseharian kita untuk mengusir salah satunya....sang penat.